RHINITIS
VASOMOTOR
Rhinitis vasomotor adalah terdapatnya
gangguan fisiologik lapisan mukosa hidung yang disebabkan oleh bertambahnya
aktivitas parasimpatis.1 Rinitis vasomotor adalah gangguan pada
mukosa hidung yang ditandai dengan adanya edema yang persisten dan hipersekresi
kelenjar pada mukosa hidung apabila terpapar oleh iritan spesifik.2 Kelainan
ini merupakan keadaan yang non-infektif dan non-alergi. Rinitis vasomotor
disebut juga dengan vasomotor catarrh, vasomotor rinorrhea, nasal
vasomotor instability, non spesific allergic rhinitis, non - Ig E mediated
rhinitis atau intrinsic rhinitis.1,3
ETIOLOGI :
Etiologi yang pasti belum diketahui,
tetapi diduga sebagai akibat gangguan keseimbangan fungsi vasomotor dimana
sistem saraf parasimpatis relatif lebih dominan. Keseimbangan vasomotor ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berlangsung temporer, seperti emosi,
posisi tubuh, kelembaban udara, perubahan suhu luar, latihan jasmani dan
sebagainya, yang pada keadaan normal faktor-faktor tadi tidak dirasakan sebagai
gangguan oleh individu tersebut.1,3,4
Beberapa faktor yang mempengaruhi keseimbangan
vasomotor : 1,3,15
1. obat-obatan
yang menekan dan menghambat kerja saraf simpatis, seperti ergotamin,
chlorpromazin, obat anti hipertensi dan obat vasokonstriktor topikal.
2. faktor fisik, seperti iritasi oleh asap rokok,
udara dingin, kelembaban udara yang tinggi dan bau yang merangsang.
3. faktor
endokrin, sepeti keadaan kehamilan, pubertas, pemakaian pil anti hamil dan
hipotiroidisme.
4. faktor
psikis, seperti stress, ansietas dan fatigue.
EPIDEMIOLOGI :
Mygind ( 1988 ), seperti yang dikutip oleh Sunaryo (
1998 ), memperkirakan sebanyak 30 – 60 % dari kasus rinitis sepanjang tahun
merupakan kasus rinitis vasomotor dan lebih banyak dijumpai pada usia dewasa
terutama pada wanita.10 Walaupun demikian insidens pastinya tidak diketahui.2,5
Biasanya timbul pada dekade ke 3 – 4.3 Secara umum prevalensi rinitis vasomotor
bervariasi antara 7 – 21%.5
Dalam suatu penelitian yang
dilakukan oleh Jessen dan Janzon ( 1989 ) dijumpai sebanyak 21% menderita
keluhan hidung non – alergi dan hanya 5% dengan keluhan hidung yang berhubungan
dengan alergi. Prevalensi tertinggi dari kelompok non – alergi dijumpai pada
dekade ke 3.5
Sibbald dan Rink ( 1991 ) di London menjumpai
sebanyak 13% dari pasien, menderita rinitis perenial dimana setengah
diantaranya menderita rinitis vasomotor.5
Sunaryo, dkk ( 1998 ) pada penelitiannya
terhadap 2383 kasus rinitis selama 1 tahun di RS Sardjito Yogyakarta menjumpai
kasus rinitis vasomotor sebanyak 33 kasus ( 1,38 % ) sedangkan pasien dengan
diagnosis banding rinitis vasomotor sebanyak 240 kasus ( 10,07 % ). 14
PATOFIOLOGI :
Sistem saraf otonom mengontrol aliran darah ke mukosa
hidung dan sekresi dari kelenjar. Diameter resistensi pembuluh darah di hidung
diatur oleh sistem saraf simpatis sedangkan parasimpatis mengontrol sekresi
kelenjar. Pada rinitis vasomotor terjadi disfungsi sistem saraf otonom yang
menimbulkan peningkatan kerja parasimpatis yang disertai penurunan kerja saraf
simpatis. Baik sistem simpatis yang hipoaktif maupun sistem parasimpatis yang
hiperaktif, keduanya dapat menimbulkan dilatasi arteriola dan kapiler disertai
peningkatan permeabilitas kapiler, yang akhirnya akan menyebabkan transudasi
cairan, edema dan kongesti.5,13,16,17
Peningkatan peptide vasoaktif dari
sel - sel seperti sel mast. Termasuk diantara peptide ini adalah histamin,
leukotrin, prostaglandin, polipeptide intestinal vasoaktif dan kinin.
Elemen-elemen ini tidak hanya mengontrol diameter pembuluh darah yang
menyebabkan kongesti, tetapi juga meningkatkan efek asetilkolin dari sistem
saraf parasimpatis terhadap sekresi hidung, yang menyebabkan rinore. Pelepasan
peptide-peptide ini tidak diperantarai oleh Ig-E (non-Ig E mediated) seperti
pada rinitis alergi.17
Adanya reseptor zat iritan yang berlebihan
juga berperan pada rinitis vasomotor. Banyak kasus yang dihubungkan dengan
zat-zat atau kondisi yang spesifik. Beberapa diantaranya adalah perubahan
temperatur atau tekanan udara, perfume, asap rokok, polusi udara dan stress (
emosional atau fisikal ).17
MANISFESTASI
KLINIS :
Gejala klinis Rhinitis Vasomotor
sulit sekali dibedakan dengan Rhinitis Alergikan namun adapun gejala klinis yang sering dijumpai dari Rhinitis Vasomotor adalah : 2,18
1. Hidung
tersumbat : diakibatkan adanya paparan terhadap suatu iritan seperti obat –
obat vasokontriktor topical yang digunakan berlebihan dapat memicu ketidak seimbangan
sistem saraf otonom dalam mengontrol pembuluh darah pada hidung yang
mengakibatkan vasodilatasi dan edema pembuluh darah mukosa hidung yang menyebabkan hidung
tersumbat.
2. Rinore
: disebabkan karena paparan terhadap suatu iritan seperti obat – obat vasokontriktor
topical yang digunakan berlebihan dapat memicu ketidak seimbangan sistem saraf
otonom dalam mengontrol kelenjar pada mukosa hidung yang mengakibatkan Rinore.
DIAGNOSIS :
Gambaran pemeriksaan Rhinitis Vasomotor adalah : 7, 11
1. Riwayat penyakit
- Tidak berhubungan dengan musim
- Riwayat keluarga ( - )
- Riwayat alergi sewaktu
anak-anak ( - )
- Timbul sesudah dewasa
- Keluhan gatal dan bersin ( -
)
2. Pemeriksaan THT
- Struktur abnormal ( - )
- Tanda – tanda infeksi ( - )
- Pembengkakan pada mukosa ( + )
- Hipertrofi konka inferior sering
dijumpai
3. Radiologi
X – Ray / CT
- Tidak dijumpai
bukti kuat keterlibatan sinus
- Umumnya dijumpai penebalan
mukosa
4. Bakteriologi
- Rinitis bakterial ( - )
5. Test alergi
a. Ig E total : didapatkan hasil Normal
b. Prick Test : didapatkan hasil Negatif
atau positif lemah
c. RAST : diapatkan hasil Negatif atau positif lemah
PENATALAKSANAAN :
Pengobatan
rhinitis vasomotor bervariasi, tergantung dengan penyebab dan gejala yang
menonjol.
2.2.1 NON-FARMAKOTERAPI
a.
Menghindari penyebab terjadinya stress
Dimana
seseorang yang mengalami gejala rhinitis mudah mengalami terjadinya stress
karena gangguan system saraf parasimpatisnya. Oleh sebab itu maka seseorang
yang mengalami rasa ini harus bisa menghindari terjadinya stress.1,3
b.
Melakukan yoga
Dimana
dengan melakukan yoga seseorang dapat berfikir positif dan membuat pikiran
menjadi ringan.4
c.
Melakukan olahraga diruang terbuka
Karena
berolahraga diruang terbuka dapat menyebabkan fikiran menjadi tenang dengan
melatih tubuh kita untuk menjadi lebih bugar dan dengan berolahraga ditempat
terbuka kita bisa melihat pemandangan yang indah dibandingkan berolahraga
diruangan.5
2.2.2 FARMAKOTERAPI
a)
Dekongestan (pseudoefedrin)
Mekanisme kerja :
menstimulasi secara lansung reseptor Alpa 1 adregenik yang terdapat pada
pembulu darah mukosa saluran pernafasan bagian atas yang menyebabkan terjadinya
vasokontriksi.6,11
Efek samping :
hypertension, insomnia, takikardi.6
Dosis penggunaan :
a. < 2 tahun diberikan dosis 4mg /6 jam.
b. 2 – 5 tahun diberikan dosis 15mg/6 jam dengan
pemberian maksimal 60mg/24jam.
c. 6 – 12 tahun diberikan dosis 30mg/6jam dengan
pemberian maksimal 120mg/24 jam
d. >12 tahun diberikan dosis 30 – 50 mg/4 – 6 jam
dimana pemberian maksimal 240 mg/24 jam.6
Interaksi obat : menurunkan efek keluhan hidung tersumbat.7
b)
Antihistamin
Mekanisme kerja : mengantagonis H1 secara kompotitif dan
reversible, tetapi tidak memblok pelepasan histaminin.8,10,11
Farmakokinetik :
Absorsinya baik, dimana kadar puncak
plasmanya 2 – 3 jam. Dimana efek kerja obat 4 – 6 jam.
Indikasi :
Rhinitis alergika, syok anafilatik, asma, dermatitis alergika.8,11
Interaksi obat :
mengurangi gejala beringus.8
c)
Kortikosteroid
Mekanisme kerja :
kortikosteroid bekerja dengan mempengaruhi kecepatan sistesis protein. Mulekul
hormone masuk kedalam sel melewati membrane plasma secara difusi pasif.9
Interaksi obat :
mengurangi keluhan hidung tersumbat, rinore dan bersin – bersin dengan menekan
respon imflamasi local yang disebabkan oleh mediator vasoaktif.10
PROGNOSIS :
Penyakit ini prognosisnya bervariasi,
dimana kadang – kadang dapat membaik dengan tiba – tiba, tetapi bisa juga
resistensi terhadap pengobatan yang diberikan.12
DAFTAR
PUSTAKA
1. Elise Kasakeyan. Rinitis Vasomotor.
Dalam : Soepardi EA, Nurbaiti Iskandar,Ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit THT. Edisi
ke-5.Jakarta : Balai Penerbit FK UI,2007
2. Rhinitis vasomotor : http://www.icondata.com/health/pedbase/files/RHINITI1.HTM
3. Kopke RD, Jackson RL. Rhinitis. Dalam :
Byron J, Bailey JB,Ed. Otolaryngology Head and Neck Surgery. Philadelph.
4. Segal S, Shlamkovitch N, Eviatar E,
Berenholz L, Sarfaty S, Kessler A. Vasomotor rhinitis following trauma to the
nose.
5. Jones AS. Intrinsic rhinitis. Dalam :
Mackay IS, Bull TR, Ed. Rhinology. Scott Brown’s Otolaryngology.
6. Suharti.2012. Obat – obat Dekongestan. Available
from : http://www.scribd.com/doc/48310627/Dekongestan [Accessed 04 oktober 2012]
7. Yunita Adriana. 2012. Rhinitis
Vasomotor. Available from : http://www.library.usu.ac./fk/Ftht-andrina.pdf/ [Accessed
04 oktober 2012]
8. Fk.unja. 2012 . Histamin dan Antihistamin.
Available from : http://www.fk.unja.ac./histamin-dan-antihistamin [Accessed 04
oktober 2012]
9. Husni maftuha. 2012. Oral
Kortikosteroid. Available from : http://www.scribd.com/doc/13461798/Oral-Kortikosteroid
[Accessed 04 oktober 2012]
10. Katzung, B.G. 2012. “Farmakologi Dasar dan Klinik”. Salemba
Medika.Jakarta.
11. Bahry B, Setiabudy R. Obat jamur. In. Ganiswarna SG,
Setiabudi R, Suyatna FD, Purwantyastuti, Nafrialdi. Farmakologi dan
terapi. Ed 4. Jakarta: Fakultas
Kedokteran UI; 2004
12. Becker W, Naumann H H, Pfaltz C R. Ear,
Nose, and Throat Diseases A Pocket Reference. 4th ed. New York :
Thieme Medical Publishers Inc.
13.
Cody DTR, Kern EB, Pearson BW. Penyakit
Telinga, Hidung dan Tenggorokan, EGC, Jakarta, 1986, h. 183 – 8.
14.
Sunaryo, Soepomo S, Hanggoro S. Pola
Kasus Rinitis di Poliklinik THT
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 1998. Disampaikan pada Kongres Nasional Perhati XII, Semarang, 28 -
30 Oktober, 1999.
15.
Ramalingam KK,Sreeramamoorthy. A short
practice of otolaryngology.India : All India Publishers & Distributors, 1992, p.196 – 7.
16.
Sutji Rahardjo, Burhanuddin, FG
Kuhuwael. Efektifitas Kauterisasi Konka
Pada Penderita Rinitis Vasomotor. Disampaikan pada Kongres Nasional Perhati XI, Yogyakarta, 4-7 Oktober,
1995.
17.
Wainwright M, Gombako LA. Vasomotor
Rhinitis : http://www.medschool.lsuhsc.edu/otor/Vasorhi.htm
18.
Vasomotor
( non allergic rhinitis ) :
http://www.regionalallergy.com/education/understanding/sinusitis/rhinitis/ rhinitis.html
1 komentar:
saya menderita penyakit ini, terimakasih atas tulisannya, sangat membatu
Posting Komentar